#StressLessEarnMore

Mengenal Ekonomi Sirkular: Definisi, Prinsip, hingga Cara Implementasi

Apa yang dimaksud Ekonomi Sirkular?
bagaimana Menerapkan Ekonomi Sirkular?
Apa yang dimaksud Ekonomi Sirkular?

Sebagai pebisnis atau manajer, pernah nggak kamu dihadapkan pada dilema ini: satu sisi, ada produk yang masih menumpuk. Tapi di lain sisi, kita dituntut berinovasi demi memenuhi permintaan pasar. Gimana, pernah? Kalau pernah, berarti ini saatnya kamu memahami ekonomi sirkular.

Dalam kajian ekonomi dan bisnis, konsep ekonomi sirkular ini begitu dibutuhkan. Pasalnya, ia bukan cuma bikin perusahaan kamu adaptif di mata pasar. Tapi juga efisien, memperkuat brand trust, dan untung secara jangka panjang, apalagi sekarang adalah eranya go green. Lho, tapi kok bisa demikian?

Nah, di artikel ini, Crepanion ajak kamu membahasnya secara tuntas. Mulai dari apa itu ekonomi sirkular, prinsip-prinsip utamanya, manfaatnya untuk bisnis, hingga cara praktis menerapkannya. So, let’s read it carefully until the end.

Apa Itu Ekonomi Sirkular?

Okey, sebelum memahami lebih dalam, kita perlu paham dulu fundamentalnya: apa yang dimaksud dengan ekonomi sirkular?

Secara simpel, ekonomi sirkular adalah semacam revolusi buat bisnis yang selama ini cuma tahu model “ambil, pakai, buang.” Merujuk ke Ellen MacArthur Foundation, ide utamanya adalah merancang produk supaya limbah dan polusi bisa dihilangkan dari awal, bukan cuma diurus di akhir.

Jadi, alih-alih cuma sekali pakai, produk dan bahan baku kita bisa terus muter di dalam siklus ekonomi. Artinya, produk lama itu bisa dipakai lagi, diperbaiki, atau diubah jadi produk baru. Intinya, kita memaksimalkan nilai dari setiap sumber daya yang ada, biar gak ada yang terbuang, gak ada yang sia-sia.

Terus apakah cuma itu manfaatnya untuk bisnis? Bedanya secara mendetail dengan ekonomi linier apa kalau begitu? Nah, berikutnya kita membahas itu sampai detail. Yuk, lanjut aja bacanya.

Apa Perbedaan Ekonomi Sirkular dan Linier?

Setelah tahu kalau pengertian ekonomi sirkular, kita bahas apa sih bedanya apa sama model bisnis yang udah ada selama ini? Biar lebih gampang, yuk, kita bedah perbedaannya.

1. Pola Produksi

Ekonomi linear itu sistem take-make-dispose (ambil, buat, buang). Contoh paling gampang: pakai produk sekali, terus buang. 

Sebaliknya, kalau ekonomi sirkular, menganut prinsip reduce-reuse-recycle (kurangi-gunakan kembali-daur ulang). Jadi produk dan bahanya itu didesain biar bisa dipakai lagi, diperbaiki, dan didaur ulang.

2. Sumber Daya

Di ekonomi linear, sumber daya dianggap gak terbatas. Makanya, modelnya eksploitasi dan cuma sekali pakai. 

Sedangkan di ekonomi sirkular, sumber daya dianggap terbatas. Jadi, fokusnya bukan cuma ngambil, tapi juga menjaga dan memaksimalkan nilai gunanya.

3. Limbah

Ekonomi linear nganggep limbah itu end of life dari sebuah produk. Simple-nya, kalau produk dan bahan bakunya udah gak kepake, ya dibuang aja, udah, titik.

Sebaliknya, di ekonomi sirkular, limbah itu bukan akhir, tapi justru awal dari siklus baru. Sebab limbah itu malah dilihat sebagai sumber daya yang bisa dipakai lagi.

4. Tujuan Bisnis

Kalau ekonomi linear, itu cuma mikirin profit jangka pendek. Sedang ekonomi sirkular punya tujuan yang lebih luas. 

Selain profit, mereka juga mikirin keberlanjutan lingkungan dan keuntungan sosial. Jadi, cuannya dapet, komitmen untuk menjaga keutuhan bumi juga aman.

Prinsip Ekonomi Sirkular

Setelah tahu perbedaannya dengan ekonomi linier, sekarang kita intip apa aja prinsip utama ekonomi sirkular? Masih mengutip Ellen MacArthur Foundation, ada tiga prinsip kunci yang jadi panduan, yaitu:

1. Mendesain Ulang untuk Menghilangkan Limbah dan Polusi

Prinsip pertama ini fokusnya di awal banget. Saat kamu lagi ideating atau desain produk, pikirin gimana caranya biar produk itu gak ngasilin limbah dan polusi di setiap tahap siklus hidupnya. Intinya, kita harus mikir sustainable dari awal, bukan cuma di akhir.

2. Menjaga Produk dan Material Tetap Berada dalam Siklus

Prinsip ini melawan budaya “sekali pakai, langsung buang.” Produk harus bisa dipakai ulang, diperbaiki, atau bahkan di-remake jadi produk lain. Tujuannya apa? Biar materialnya terus muter dalam ekonomi, dan nilainya gak turun.

3. Meregenerasi Sistem Alam

Ini yang paling inti. Ekonomi sirkular bukan cuma bertujuan buat “gak ngerusak,” tapi juga “ngembaliin” apa yang udah diambil dari alam. Misalnya, pakai material yang bisa balik ke bumi dengan aman, atau bikin proses produksi yang justru bantu ningkatin kesehatan ekosistem.

Tujuan dari Ekonomi Sirkular dalam Bisnis

Sekarang, setelah tahu prinsipnya, sebagian besar dari kita pasti mikir, “terus untungnya buat bisnis gue apa, sih?” Oke, jadi ternyata manfaatnya itu bukan cuma buat nyelametin lingkungan, tapi juga ngasih keuntungan yang berjangka panjang buat bisnis. 

Menurut studi dari Kementerian PPN/Bappenas, UNDP, dan Kedutaan Besar Denmark di Indonesia, ada beberapa tujuan utama dari penerapan ekonomi sirkular dalam bisnis, terutama di Indonesia. Ini dia beberapa di antaranya:

1. Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi

Yaps, dengan kamu menerapkan ekonomi sirkular, bisnis bisa berkontribusi langsung pada peningkatan PDB Indonesia. Studi tersebut memperkirakan adanya potensi peningkatan PDB hingga IDR 593–638 triliun pada tahun 2030. 

Secara tersirat, ini juga menunjukkan bahwa model bisnis yang sustainable juga bisa jadi model bisnis yang menguntungkan.

2. Menciptakan Lapangan Kerja Baru

Transisi ke ekonomi sirkular bukan cuma soal ngurangin sampah, tapi juga ngebuka peluang kerja baru. Studi ini memperkirakan bakal tercipta 4,4 juta pekerjaan baru antara tahun 2021 sampai 2030. 

Ya meskipun ada potensi beberapa pekerjaan lama hilang, tetap bakal ada banyak pekerjaan baru di sektor hilir, seperti perbaikan dan daur ulang.

3. Menghemat Pengeluaran Rumah Tangga

Ternyata, keuntungan dari ekonomi sirkular juga nyampe ke kantong konsumen. Kok bisa?

Jadi dengan adanya produk yang bisa diperbaiki, pakai ulang, atau beli bekas, masyarakat itu bisa lebih hemat. Studi tersebut memperkirakan, rata-rata rumah tangga di Indonesia bisa menghemat hingga IDR4,9 juta per tahun, atau hampir 9% dari total pengeluaran tahunan mereka.

5. Memperkuat Ketahanan Rantai Pasok

Terakhir, dengan mengurangi limbah dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya, bisnis bisa mengurangi ketergantungan pada bahan baku dari impor. Ini jelas manfaatnya, bisa bikin rantai pasokan jadi lebih kuat dan tangguh terhadap gejolak pasar global, seperti perang dagang atau pandemi.

Bagaimana Cara Menerapkan Ekonomi Sirkular

Setelah kita bedah habis manfaatnya, sekarang saatnya masuk ke bagian yang paling ditunggu: bagaimana menerapkan ekonomi sirkular dalam bisnis? 

Nggak usah bingung, Crepanity, ada beberapa langkah strategis kok, yang bisa kamu ambil. Berikut adalah beberapa langkahnya yang dirangkum dari studi Accenture:

1. Re-desain Produk dan Rantai Pasok

Fokus utama penerapan ekonomi sirkular ini bukan cuma gimana produk bisa didaur ulang, tapi gimana produk itu dari awal sudah didesain buat minim limbah. 

Kamu bisa mulai dengan pakai material yang ramah lingkungan, atau bikin produk yang gampang dibongkar pasang biar komponennya bisa dipakai lagi. Intinya, thinking outside the box dari tahap desain.

2. Membuka Model Bisnis Sirkular

Jangan cuma jual produk, tapi juga tawarkan layanan. Contohnya, ada brand yang enggak cuma jual sepatu, tapi juga ngasih layanan perbaikan. 

Atau, bisnis kamu bisa coba model sewa-pakai (produk sebagai layanan), jadi konsumen nggak perlu beli, tapi cukup sewa. Ini bisa jadi revenue stream baru yang inovatif.

3. Kolaborasi Lintas Rantai Pasok

Transisi dari ekonomi liner ke ekonomi sirkular ini enggak bisa sendirian. Kamu butuh kolaborasi dari hulu sampai hilir. 

Misalnya, kerja sama sama supplier yang punya bahan baku terbarukan, atau kolaborasi dengan komunitas lokal dan startup daur ulang biar produk kamu bisa kembali ke siklus setelah dipakai konsumen.

4. Manfaatkan Teknologi Canggih

Buat maksimalkan efisiensi, teknologi bisa jadi game changer. Kamu bisa pakai IoT buat ngelacak kondisi produk setelah dijual, atau pakai blockchain untuk ngejamin transparansi rantai pasok. 

Dengan begitu, kamu bisa tahu persis jejak material dan produk kamu, dari awal sampai akhir.

Contoh Perusahaan yang Menerapkan Ekonomi Sirkular

Setelah kita bahas teorinya, sekarang waktunya lihat contoh nyatanya. Kamu pasti penasaran kan, perusahaan mana aja sih yang udah jalanin ekonomi sirkular ini? 

Tenang, banyak kok, brand besar udah ngadopsi model ini dan sukses. Mereka nggak cuma bikin produk, tapi juga ngebangun sistem yang berkelanjutan.

1. Patagonia

Brand outdoor legendaris ini adalah pionir ekonomi sirkular. Mereka punya program “Worn Wear”, yang ngajak konsumen buat perbaiki, pakai ulang, atau bahkan jual kembali gear lama mereka. 

Tujuannya jelas, biar produk Patagonia umurnya panjang dan nggak berakhir jadi sampah. Cek programnya di sini: https://www.patagonia.com/worn-wear/ 

2. IKEA

IKEA punya komitmen gede buat jadi bisnis sirkular sepenuhnya di tahun 2030. Mereka punya layanan beli-kembali furniture bekas dari konsumen. Setelah itu, furniture tersebut akan dijual lagi di toko. 

Selain itu, mereka juga mendesain produk biar gampang dibongkar pasang dan didaur ulang, jadi enggak cuma sekali pakai.

3. Renault Group

Gak cuma barang konsumsi, industri otomotif juga bisa sirkular! Renault punya pabrik khusus bernama The Refactory, di mana mereka mengumpulkan mobil-mobil bekas dan suku cadangnya. 

Material yang masih bagus akan diperbarui dan dipakai lagi untuk produksi mobil baru. Jadi, yang awalnya limbah, di tangan mereka jadi sumber daya berharga.

Simpulan

Nah, sekarang sudah makin jelas kan kalau ekonomi sirkular itu bukan cuma tren, tapi juga solusi strategis buat bisnis kamu? Biar gampang ingat, ini highlight penting yang sudah kita bahas:

  • Ekonomi sirkular itu model ekonomi yang didesain buat menghilangkan limbah dari awal.
  • Pola produksinya bukan lagi take-make-dispose, tapi fokus ke mengurangi, memakai ulang, dan mendaur ulang.
  • Tujuannya enggak cuma profit, tapi juga ngasih keuntungan ekonomi, sosial, dan lingkungan.
  • Contohnya sudah banyak, dari Patagonia yang punya program Worn Wear, IKEA dengan layanan beli-kembali, sampai Renault yang daur ulang mobil bekas.

 

Nah, kalau brand kamu lagi cari partner digital marketing yang bisa nge-branding bisnismu agar dikenal target konsumen sebagai bisnis ramah lingkungan, Crepanion tentu bisa jadi jawabannya. 

Di Crepa, kita bukan sekadar eksekutor campaign, tapi partner strategis yang mikirin relevansi jangka panjang untuk brand kamu. Mulai dari social media management, crowdsourcing, sampai influencer marketing, semuanya kita kemas biar nyambung sama narasi besar go green dan tren global.

Jadi gimana, Crepanity? Siap scale-up bareng Crepanion dan bikin brand kamu tahan banting di masa depan? Klik ikon WhatsApp di pojok kanan bawah, and let’s talk strategy!