

Buat kamu, business owner yang mau scale bisnis tapi bingung mulai dari mana, atau brand manager yang galau mau ekspansi tapi arahnya ke mana, sini deh, duduk bareng Crepanion. Kita kenalin kamu sama strategi kece bernama Ansoff Matrix.
Kenapa Ansoff Matrix? Karena strategi ini ngebantu kamu buka peta, mana jalan yang penuh peluang, dan mana yang rawan jebakan. Apalagi kalau kamu lagi getol-getolnya nyari cara buat nambah pasar baru atau ngembangin produk biar nggak kalah saing.
Penasaran gimana cara kerjanya? Scroll terus artikel ini. Kita bakal bahas tuntas, dari teori, studi kasus Gojek & Unilever, sampai cara terapinnya ke bisnis kamu.
Apa Itu Ansoff Matrix?
Ansoff matrix, atau nama lengkapnya Ansoff Growth Matrix, pertama kali dikenalkan pada tahun 1957 sama Igor Ansoff, seorang pakar manajemen asal Rusia-Amerika yang dijuluki “bapaknya strategic planning”. Yes, beliau yang ngidein kerangka growth ini.

Lewat artikelnya yang berjudul “Strategies for Diversification”, Igor Ansoff menjelaskan bahwa Ansoff Matrix adalah alat bantu strategis buat bisnis yang pengin tumbuh secara terarah. Termasuk juga merencanakan langkah ekspansi berdasarkan produk dan pasar.
Yang bikin Ansoff Matrix ini standout dibanding strategi lainnya, adalah karena kerangka tampilannya simpel, tapi impact-nya dalem. Cocok buat kamu yang berencana ambil keputusan besar, tapi bingung mulai dari mana dan bagaimana.
4 Kuadran Ansoff Matrix
Nah, sekarang kita masuk ke bagian serunya, yaitu isi dari Ansoff Matrix. Framework ini dibagi jadi empat kuadran berdasarkan dua variabel: produk (lama atau baru) dan pasar (eksisting atau baru). Yuk kita kenalan satu-satu:

1. Market Penetration (Produk Lama, Pasar Lama)
Ini kuadran Ansoff Matrix yang paling low risk. Fokusnya, ngegas penjualan produk yang udah ada ke pasar yang udah kenal kamu.
- Cocok buat: ningkatin loyalitas pelanggan, rebut market share dari kompetitor, atau naikin frekuensi pembelian.
- Contoh: diskon spesial, bundling, atau program referral yang bikin repeat order naik.
2. Market Development (Produk Lama, Pasar Baru)
Di kuadran Ansoff Matrix ini, produkmu nggak diubah, tapi kamu masuk ke pasar baru. Bisa ekspansi ke kota lain, negara lain, atau segmen konsumen yang beda.
- Cocok buat: brand yang udah kuat di satu pasar tapi pengin eksplor audience baru.
- Contoh: Gojek go internasional ke Vietnam dengan Go-Viet.
3. Product Development (Produk Baru, Pasar Lama)
Kamu kenal pasarnya, tapi ngerasa produkmu butuh penyegaran? Nah, di kuadran Ansoff Matrix yang ketiga, kamu ngembangin produk baru buat audience yang udah loyal.
- Cocok buat: bisnis yang pasarnya udah mature tapi butuh inovasi biar nggak ditinggal.
- Contoh: Unilever ngeluarin varian baru Lifebuoy yang natural dan eco-friendly buat segmen health-conscious.
4. Diversification (Produk Baru, Pasar Baru)
Ini strategi paling high risk, tapi juga bisa paling rewarding. Kamu bikin produk baru dan masuk pasar yang belum kamu sentuh sama sekali.
- Cocok buat: brand yang udah siap all out, punya resource cukup, dan pengin ekspansi gila-gilaan.
- Contoh: Amazon masuk ke cloud computing dengan AWS, padahal dulunya toko buku online.
Cara Membuat Ansoff Matrix
Setelah tahu isi dan arah strateginya, sekarang saatnya bikin Ansoff Matrix-nya secara visual. Nggak ribet kok, ikuti aja 5 langkah ini:
1. Pilih Alat Desain
Pertama-tama, pilih dulu alat yang kamu nyamanin buat desain. Bisa serba manual pakai kertas dan spidol, atau yang digital kayak Canva, Figma, Notion, sampai Google Slides. Yang penting fleksibel buat kamu edit-edit nanti.
Kalau tim kamu kolaboratif banget, tools kayak Miro atau FigJam juga cocok. Intinya, jangan overthinking soal tools yak, yang penting bisa bantu kamu nunjukkin matrix ini secara visual, clean, dan gampang dipahami.
2. Buat Tabel dengan Empat Segmen
Setelah tools-nya siap, lanjut bikin kotak besar yang dibagi jadi empat segmen, kayak bikin papan catur versi marketer. Ini basic-nya dari Ansoff Matrix.
Pastikan keempat segmen ukurannya simetris ya, biar enak dibaca dan keliatan profesional. Toh juga di situ nanti tempat kamu bakal nyusun strategi growth dari setiap sisi.
3. Labeli Sumbu X dan Y
Next, kasih label di bagian horizontal (sumbu X) dan vertikal (sumbu Y). Horizontal mewakili “Produk”: dari produk lama ke produk baru. Vertikal mewakili “Pasar”: dari pasar lama ke pasar baru.
4. Tandai Baris dan Kolom
Supaya lebih terarah, kasih tanda atau highlight di baris dan kolom yang relevan. Misalnya, blok bagian kiri atas buat strategi paling minim risiko (Market Penetration), dan kanan bawah buat strategi paling berani (Diversification).
Trik ini bantu kamu dan tim lebih cepat memahami area mana yang sedang dibahas, sekaligus bisa kasih sinyal visual soal level risiko dan effort tiap strategi.
5. Labeli Keempat Kuadran
Terakhir, isi masing-masing kuadran dengan nama strateginya. Ini inti dari Ansoff Matrix. Biar makin jelas, kasih juga deskripsi singkat tiap-tiap kuadran:
- Penetrasi Pasar: Menyasar pasar yang sudah ada dengan produk yang sudah ada. Fokusnya growth organik.
- Pengembangan Pasar: Memasuki pasar baru dengan produk yang sudah kamu punya.
- Pengembangan Produk: Mengembangkan produk baru buat audience yang udah kenal kamu.
- Diversifikasi: Memasuki pasar baru dengan produk baru, strategi paling all-out dan high risk.
Selesai! Sekarang kamu udah punya Ansoff Matrix yang siap jadi alat tempur buat planning strategi growth yang lebih visioner.
Studi Kasus Ansoff Matrix dari Gojek & Unilever
Teori emang penting, tapi praktiknya yang bikin makin “ngeh”. Nah, biar kamu nggak cuma paham konsepnya doang, yuk kita intip gimana dua brand besar, yaitu Gojek dan Unilever, menggunakan Ansoff Matrix buat scaling up bisnis mereka. Dari strategi kalem sampai ekspansi all-out, semua ada di sini.
#1 Gojek: Dari Ojek Online ke Super App
Market Penetration – GoRide
Di awal kemunculannya, Gojek fokus banget mengoptimalkan layanan ojek online alias GoRide di kota-kota besar. Strateginya? Main di harga kompetitif, push promo, dan bikin UX makin smooth. Tujuannya satu: rebut hati pengguna dan kuasai pasar yang udah ada.
Product Development – GoFood & GoSend
Setelah GoRide nancep di pasar, Gojek nggak berhenti. Mereka ngembangin layanan baru, GoFood buat yang laper, dan GoSend buat yang butuh kirim barang cepat.
Dua produk ini menyasar user lama tapi dengan kebutuhan berbeda. Classic move buat ningkatin value per user.
Market Development – Ekspansi ke Luar Jawa
Setelah solid di kota-kota besar Jawa, Gojek mulai ekspansi ke luar pulau. GoRide dan GoCar diluncurkan di Sumatra, Kalimantan, hingga Sulawesi. Ini cara mereka buka pasar baru tanpa harus utak-atik produknya.
Diversification – GoPay
Lalu datang GoPay. Dari layanan transportasi, Gojek lompat ke dunia fintech. Transaksi cashless, top up saldo, bayar tagihan, semuanya lewat satu ekosistem.
Ini strategi diversifikasi Gojek yang sukses total, karena mereka masuk ke pasar baru dengan produk baru yang solve masalah real.
#2 Unilever: Jagonya Main di Banyak Pasar
Market Penetration – Wipol
Unilever pakai pendekatan super aktif buat dorong penjualan Wipol. Promosi gila-gilaan, distribusi makin luas, dan positioning sebagai produk affordable tapi powerful. Target utamanya, konsumen rumah tangga yang udah kenal Wipol tapi belum loyal 100%.
Product Development – Knorr
Melihat kebutuhan akan bumbu masak praktis yang rasa dan kualitasnya konsisten, Unilever ngerilis Knorr. Meskipun pasarnya masih sama, produknya baru dan jadi solusi buat konsumen yang pengen masak cepat tapi tetap enak.
Market Development – Ekspansi ke Asia & Afrika
Pasar baru? Unilever jagonya. Mereka bawa produk-produk andalan ke wilayah Asia dan Afrika, pasar yang belum matang tapi penuh potensi. Dengan adaptasi produk dan campaign yang relevan, mereka sukses masuk dan grow di region baru.
Diversification – Lux & Lifebuoy
Biar nggak kejebak di satu segmen, Unilever main dua kaki. Lux buat pasar beauty enthusiast, Lifebuoy buat yang peduli sama hygiene. Dua produk, dua target market yang beda banget. Ini strategi diversifikasi mereka buat nyebar risiko sambil buka peluang baru.
Kelebihan dan Kekurangan Ansoff Matrix
Oke, kamu udah liat teori, udah liat praktik Gojek & Unilever juga. Tapi, sebelum kamu langsung gas pakai Ansoff Matrix, ada baiknya kenalan dulu sama dua sisi mata uangnya: kelebihan dan kekurangannya.
Menurut Penpoin.com, meskipun Ansoff Matrix ini powerful buat bantu bisnis bertumbuh, tetap ada blind spot yang perlu kamu waspadai biar nggak salah langkah.
Kelebihan Ansoff Matrix
1. Simpel Tapi Tajam
Nggak semua tools strategi itu perlu ribet. Ansoff matrix itu kayak cheat sheet visual yang langsung nunjukin kamu ada di posisi mana dan bisa ngapain aja buat grow. Cocok banget buat kamu yang pengen strategi cepat tanpa pusing kepala.
2. Bisa Buat Ngukur Risiko
Setiap kuadran di Ansoff Matrix ini kasih kamu gambaran seberapa risky langkah yang bakal kamu ambil. Jadi kamu nggak asal ekspansi atau ngembangin produk cuma karena “kayaknya oke”. Semua ada ukurannya.
3. Fleksibel Buat Macam-Macam Bisnis
Mau kamu bisnis kuliner, fashion, digital service, sampai perusahaan multinasional, matrix ini tetap relevan. Tinggal disesuaikan aja sama konteks dan stage bisnis kamu sekarang.
4. Bantu Tim Satu Frekuensi
Karena bentuknya visual dan strukturnya jelas, matrix ini gampang banget buat dipresentasiin ke tim atau stakeholder. Jadi semua bisa aligned soal arah pertumbuhan bisnis yang mau dicapai.
Kekurangan Ansoff Matrix
1. Kurang Nge-Highlight Faktor Eksternal
Matrix ini fokus banget sama produk dan pasar internal. Tapi faktor eksternal kayak kompetitor, tren, sampai kondisi makro ekonomi agak skip. Padahal hal-hal ini juga krusial buat ambil keputusan.
2. Terlalu Generik Kalau Nggak Di-breakdown
Kalau kamu cuma pakai matrix-nya doang tanpa riset dan analisis lebih lanjut, hasilnya bisa misleading. Ini tools bantu, bukan ramalan masa depan, jadi tetep butuh data buat support.
3. Nggak Semua Risiko Bisa Terpeta
Meskipun matrix ini kasih insight tentang risiko, tapi sifatnya masih general banget. Risiko operasional, legal, atau yang lebih mikro biasanya luput kalau kamu cuma pakai Ansoff Matrix tanpa analisis tambahan.
4. Fokusnya Cuma di Pertumbuhan
Yep, ini matrix growth-oriented. Jadi kalau bisnismu lagi di fase stabilisasi atau efisiensi, matrix ini bisa aja kurang relevan. Kadang kita nggak selalu butuh grow, tapi butuh survive dulu.
Simpulan
Strategi growth itu ibarat kompas buat bisnis yang pengin scale up. Dan Ansoff Matrix adalah salah satu alat yang bisa bantu kamu nentuin arah dengan lebih percaya diri. Buat ngebantu kamu ngingat-ingat, ini beberapa poin penting yang perlu dicatat:
- Manfaat Utama Ansoff Matrix: Membantu kamu mengukur risiko ekspansi, menyusun strategi pertumbuhan, dan bikin keputusan bisnis yang lebih strategis.
- Empat Kuadran Penting dalam Matrix: Penetrasi Pasar, Pengembangan Produk, Pengembangan Pasar, dan Diversifikasi, masing-masing punya tantangan dan potensi sendiri.
- Langkah Membuatnya: Mulai dari pilih alat desain, bikin tabel empat segmen, labeli sumbu, tandai baris-kolom, sampai mengisi kuadran sesuai kondisi bisnismu.
Kalau kamu butuh partner yang bisa bantu dari strategi sampai eksekusi, Crepanion siap kok bantu turun tangan.
Di Crepa, selain kami jago di Influencer Marketing dan Social Media Activation, juga punya layanan Crowdsourcing yang powerful. Mulai dari Ghost Order, Engagement Booster, Positive Buzzers, sampai Event Attendance Support.
Mau lebih dari itu? Crepanion juga bisa. Kamu punya Managed Services, dari Corporate Identity, Website Development, sampai Brand Training, semua bisa bantu kamu maintain brand dari dalam ke luar.
Gimana? Kalau tertarik, klik aja ikon WhatsApp di pojok kanan bawah ya. Let’s Stress Less, Earn More with Crepanion!