#StressLessEarnMore

Pernah Denger “Otak Kedua”? Panduan Membangun Second Brain ala Tiago Forte

Produkktif dengan Membangun Second Brain
Produkktif dengan Membangun Second Brain
Cara Kreatif dengan Membangun Second Brain

Sebagai pekerja kreatif, Crepanity pasti pernah tiba-tiba nemu insight dari Instagram, atau kepikiran ide konten yang powerful banget buat bantu proyek campaign. Cuman sayangnya, insight kayak gitu seringnya hanya nyangkut di catatan, atau terselip di folder yang akhirnya nggak pernah kebuka lagi.

Nah, kabar baiknya, sekarang ada cara buat ngatasin kebiasaan itu Crepanity. Tiago Forte, pakar produktivitas asal Amerika, ngenalin konsep bernama second brain. Garis besarnya, itu adalah sistem untuk ngelola informasi digital dan nyusun ulang semua referensi jadi bahan baku karya kreatif kamu.

Kalau penasaran, ikuti aja pembahasannya sampai habis. Di artikel ini, Crepanion bakal bedah apa itu second brain, gimana cara kerjanya, apa aja manfaatnya buat kerja kreatif, sampai tools dan kebiasaan kecil buat bantu kamu mulai bangun versi digital dari otakmu sendiri.

Apa itu Second Brain?

Sebelum lanjut, Crepanion kasih keterangan dulu, bahwa semua insight dalam artikel ini, mayoritas merujuk dari bukunya Tiago Forte, yang berjudul Building a Second Brain. Oke, sekarang kita mulai dari dasarnya dulu: apa sih sebenarnya yang dimaksud dengan second brain?

Jadi secara sederhana, second brain adalah sistem eksternal buat nyimpen, ngatur, dan ngolah informasi penting dari hidup dan kerjaan kamu. Bukan cuma catatan biasa, tapi juga sistem arsip yang bisa bantu kamu bikin keputusan lebih cepat dan karya lebih matang.

Konkretnya lagi, kamu punya “otak cadangan” yang nyimpen semua referensi campaign, ide konten, sampai catatan meeting. Nah, pas kamu lagi butuh itu, kamu tinggal ambil tanpa repot scroll-scroll atau mikir “di mana letak sumbernya”. Itulah pengertian second brain, Crepanity. 

Manfaat Second Brain dalam Kehidupan Kerja & Kreatif

Tapi ingat, second brain ini bukan sekadar untuk kamu gampang mengingat lho, ya. Ada sejumlah manfaat lain yang bakal kamu dapet. Apa aja itu? Berikut di antaranya:

1. Proses Kreatif Lebih Cepat, Nggak Mulai dari Nol Terus

Second brain bikin kamu nggak perlu mulai dari nol tiap dapet brief baru. Semua referensi—dari insight kampanye lama sampai inspirasi copy—udah kamu arsipin dan bisa dicari pakai keyword. Jadi tinggal dikontekskan ulang aja, tanpa harus ngulik dari awal.

2. Fokus Lebih Maksimal, Kerja Jadi Lebih Strategis

Karena otak kamu nggak perlu nyimpen semua hal, kamu bisa lebih fokus mikirin hal yang penting. Entah itu bikin keputusan, menyusun strategi, dan ngehasilin karya yang impactful. So ini ngebantu banget buat kamu yang sebelumnya sering “gue ngerasa sibuk, tapi nggak kelar-kelar.”

3. Punya Sistem Personal buat Belajar dan Berkembang

Second brain itu bukan cuma alat kerja, tapi jadi tempat kamu ngarsip hal-hal yang bikin kamu makin jago. Mulai dari materi webinar, catatan mentoring, sampai kesalahan yang bisa kamu pelajari. Semuanya bisa kamu strukturin materi belajarnya dengan cara kamu sendiri.

4. Bikin Kamu Lebih Cepat dan Yakin dalam Mengambil Keputusan

Karena semua data, insight, dan rekam jejak udah terdokumentasi, kamu bisa ambil keputusan dengan basis yang solid. Jadi bukan cuma ngandelin intuisi. Mau revisi campaign, milih tone komunikasi, atau nyusun strategi konten, kamu udah punya referensinya.

4 Prinsip Dasar dari Second Brain (PARA Medthod)

Setelah tahu manfaatnya, sekarang saatnya masuk ke pondasi dasarnya. Biar second brain kamu nggak cuma jadi tumpukan catatan random, Tiago Forte ngenalin framework bernama P.A.R.A. Itu merupakan kumpulan sistem folder yang bantu kamu ngelola informasi sesuai konteks pekerjaan kamu.

Prinsip Dasar dalam Membangun Otak Kedua

1. Projects — Semua yang Lagi Kamu Kerjain Sekarang

Folder ini isinya tugas atau proyek aktif yang punya deadline atau target jelas. Contohnya:

  • Campaign Ramadan untuk klien A
  • Rebranding social media internal
  • Draft artikel blog minggu ini

 

Semua catatan, referensi, dan to-do yang relevan langsung masuk sini. Tujuannya biar kamu bisa langsung eksekusi tanpa nyari-nyari lagi.

2. Areas — Hal yang Kamu Urus secara Berkelanjutan

Ini beda sama project.

Areas adalah aspek yang harus kamu rawat terus, walau nggak ada deadline spesifik. Misalnya:

  • Manajemen tim
  • Personal branding
  • Kesehatan mental
  • Skill development

 

Folder ini bantu kamu nge-track progress dan ngingetin hal penting yang sering ke-skip karena nggak kelihatan urgent.

3. Resources — Referensi yang Bisa Dipakai Kapan Aja

Seperti namanya, isi folder ini bisa berupa insight, artikel, template, hasil riset, atau quotes dari podcast yang menurut kamu valuable. Belum tentu dibutuhin sekarang, tapi pasti berguna nanti. Contohnya:

  • Contoh deck kreatif brand luar
  • Framework storytelling
  • Kumpulan headline iklan yang pernah perform

4. Archives — Semua yang Udah Selesai atau Nggak Relevan Lagi

Begitu proyek selesai, atau referensi udah nggak relevan, pindahin ke sini. Archives ngebantu kamu tetap fokus di hal-hal aktif, tapi tetap nyimpen jejak kerja buat nanti. Karena kadang, ide lama bisa jadi amunisi baru.

Tools Digital buat Bangun Second Brain Kamu

Setelah tahu prinsip P.A.R.A, sekarang waktunya ngebangun second brain versi digital kamu. Tenang, kamu nggak perlu pakai semua tools yang ada, cukup pilih yang sesuai alur kerja dan gaya mikirmu. Ini 5 rekomendasi tools digital dari Crepanion:

1. Notion — All-In-One Workspace Serbaguna

Bisa dibilang ini tools favorit pekerja kreatif. Di Notion, kamu bisa bikin dashboard pribadi, nerapin struktur P.A.R.A, nyimpen referensi konten, sampai tracking progress campaign. Plus, tampilannya bisa kamu desain sesuka hati biar makin vibes.

Cocok buat: orang yang suka struktur fleksibel dan visual clean.

Kelebihan: support embed (YouTube, PDF, Tweet), bisa bikin template sistematis, cocok untuk kolaborasi tim kecil.

2. Evernote — Catatan Cepat yang Tetap Powerful

Kalau kamu butuh tempat nyimpen ide dadakan, hasil rapat, atau potongan artikel dengan cepat, Evernote masih jadi pilihan yang solid. Fitur web clipper-nya juga oke banget buat nyimpen konten dari browser tanpa harus copy-paste manual.

Cocok buat: yang pengen sistem simple tapi tetap rapi dan searchable.

Kelebihan: pencarian cepat, tagging mudah, cocok buat dokumentasi harian.

3. Google Drive — Rumah Besar untuk Semua Dokumen Digital

Meskipun bukan tools khusus second brain, Drive tetap jadi pondasi penting. Dengan sistem folder yang bisa kamu sesuaikan pakai metode P.A.R.A, kamu bisa nyimpen presentasi, riset, dan aset visual secara kolaboratif.

Cocok buat: yang kerja bareng tim atau klien dan butuh storage cloud yang universal.

Kelebihan: integrasi dengan Docs, Sheets, dan Slides; mudah dibagikan ke banyak stakeholder.

4. Readwise — Buat Nyimpen Highlight dan Ngasih Kamu Pengingat

Kamu suka baca buku digital atau artikel panjang? Readwise bisa jadi pilihan. Dia bantu kamu nyimpen highlight dari Kindle, Medium, dan banyak platform lain, lalu ngasih pengingat harian biar insight-nya nggak ngendap doang.

Cocok buat: yang seneng belajar dari banyak sumber dan pengen sistem review otomatis.

Kelebihan: integrasi ke Notion, fitur spaced repetition, support banyak platform.

5. Obsidian — Buat yang Mikirnya Non-Linear dan Suka Mind Mapping

Obsidian itu note-taking app berbasis graph. Cocok banget buat kamu yang seneng ngembangin ide lewat koneksi antar topik. Setiap catatan bisa kamu link satu sama lain, jadi kayak peta pikiran digital yang terus tumbuh.

Cocok buat: pemikir strategis dan kreator yang suka eksplorasi ide mendalam.

Kelebihan: local storage (nggak tergantung cloud), graph view, dan komunitas yang aktif banget.

Kebiasaan Kecil buat Memulai Second Brain dari Nol

Setelah tools-nya siap, pertanyaan berikutnya: gimana cara mulai bangun second brain kamu sendiri? Jawabannya simpel: mulai dari kebiasaan kecil yang berulang. Biar lebih mudah, Tiago Forte merancang framework C.O.D.E biar sistem ini bisa kamu bangun secara bertahap, langsung dari aktivitas harianmu.

1. Capture — Simpan Semua Hal yang Menurutmu Bernilai

Setiap hari kamu nemu ide, insight, atau referensi yang kayaknya berguna? Jangan cuma diingat. Capture semuanya, bisa lewat Notion, Evernote, atau bahkan voice notes. Nggak usah rapi dulu, yang penting terekam.

Contoh: highlight dari buku, kutipan dari podcast, komentar bagus dari feedback tim.

2. Organize — Masukkan ke Kategori yang relevan (pakai sistem P.A.R.A)

Begitu waktunya luang, kamu bisa mindahin hasil capture tadi ke kategori yang sesuai. Kalau itu catatan meeting internal, masuk ke Projects. Kalau itu artikel soal strategi brand positioning, masuk ke Resources.

Tujuannya: biar kamu gampang nemu hal yang tepat di waktu yang tepat.

3. Distill — Ambil Intinya, Jangan Simpan Semuanya Mentah

Ini langkah yang sering dilewatkan. Jangan cuma numpuk file. Coba luangin waktu buat meringkas hal-hal yang kamu simpan tadi. Ambil poin pentingnya, buang yang nggak relevan.

Trik: bikin format “3 kalimat takeaway” biar insight lebih cepat dipahami saat dibuka lagi nanti.

4. Express — Ubah Jadi Sesuatu yang Bisa Kamu Pakai atau Bagikan

Setelah informasinya kamu simpan dan olah, saatnya kamu pakai buat bikin sesuatu. Bisa dalam bentuk pitch deck, caption, strategi campaign, atau bahkan artikel internal. Ini makin sering kamu lakukan, makin kuat koneksi antar ide di otak (dan second brain) kamu.

Simpulan

Itulah penjelasan tentang second brain, sistem produktivitas yang bisa bantu kamu kerja lebih terstruktur, kreatif, dan nggak gampang burnout. Buat mengingat kembali, berikut Crepanion kasih rangkuman poin-poin penting yang telah kita bahas tadi:

  • Apa itu Second Brain: Sistem eksternal buat nyimpen dan ngatur informasi dari hidup dan kerja, biar otak kamu bisa fokus mikirin hal yang penting.
  • Manfaat Second Brain: Bantu kamu kerja lebih cepat, fokus, konsisten belajar, dan ambil keputusan dengan percaya diri.
  • Prinsip dasar Second Brain (P.A.R.A): Projects: Hal yang sedang kamu kerjakan. Areas: Hal yang kamu urus secara berkelanjutan. Resources: Semua referensi berguna. Archives: Hal-hal yang udah selesai
  • Tools digital pendukung: Notion, Evernote, Google Drive, Readwise, dan Obsidian, tinggal pilih yang paling sesuai gaya kerja kamu.
  • Kebiasaan kecil yang bisa dimulai dari sekarang: Capture, Organize, Distill, Express; framework CODE buat ngebangun second brain yang bisa berkembang dari aktivitas harian.

Nah, kalau kamu atau brand kamu pengen punya sistem kerja dan produksi konten yang lebih terstruktur, strategis, dan impactful, saatnya bareng Crepanion aja. Kami bantu kamu dengan layanan mulai dari social media management, influencer marketing, crowdsourcing, sampai pelatihan tim internal.

Di Crepa, kamu nggak cuma dapet vendor eksekusi, tapi partner tumbuh yang kerja bareng kamu dari hulu ke hilir. Karena prinsip kerja kami cuma satu: bantu kamu bikin brand yang nggak cuma viral, tapi juga relevan.

Siap kerja lebih rapi dan mikir lebih jernih bareng Crepanion? Klik ikon WhatsApp di kanan bawah buat ngobrol langsung sama tim kami!