#StressLessEarnMore

Green Finance: Jalan Pintas Bisnis Lokal Masuk ke Pasar Global

Cara Menerapkan Green Finance di Indonesia
Strategi Green Finance untuk Perusahaan
Cara Menerapkan Green Finance di Indonesia

Kalau brand kamu sekarang udah punya produk keren dan strategi marketing solid, itu modal bagus. Tapi buat tiga sampai lima tahun ke depan, apalagi kalau mau tembus pasar global, semua itu belum cukup tanpa standar sustainability. Dan salah satu indikator pentingnya, brand harus adaptif sama green finance.

Kenapa ini jadi krusial? Harap tahu Crepanity, konsumen sekarang tuh makin sadar isu lingkungan. Tren keberlanjutan pun udah nyebar ke berbagai sektor, termasuk keuangan. Dari sinilah muncul istilah green finance atau pembiayaan hijau, di mana keuangan harus mendukung program yang ramah lingkungan.

Kalau kamu pebisnis atau manager yang pengen brand-nya relevan dan scalable, artikel ini wajib banget kamu ikutin sampai habis. Kita bakal kupas tuntas green finance: mulai dari pengertian, regulasi, manfaat buat bisnis, instrumen finansial, sampai tantangan implementasi dan peluangnya.

Apa Itu Green Finance?

Biar nggak terjadi miskom, penting dulu kita petakan pengertiannya. Jadi, apa itu green finance? 

Menurut definisi dari BINUS, green finance adalah pengadaan dan penggunaan dana kegiatan buat melindungi lingkungan, sekaligus memberi return yang adil bagi investor, baik untuk sektor publik maupun swasta. 

Kalau definisi secara internasional, UNEP mendeskripsikan green finance sebagai peningkatan aliran dana (dari sektor publik, swasta, dan nonprofit) ke prioritas pembangunan berkelanjutan, sambil mengelola risiko lingkungan-sosial dengan baik dan mendorong keuntungan yang juga mempunyai manfaat lingkungan. 

So, kalau brand kamu ingin mengadopsi green finance, praktiknya bukan cuma soal “apa yang didanai”, tapi juga “bagaimana cara menilai proyeknya”, “seberapa jelas dampak lingkungannya”, dan “siapa yang ikut bertanggung jawab”. Gimana? Klir, ya?

Regulasi Green Finance di Indonesia

Sekarang lanjut kita pahami bagaimana regulasi di Indonesia mengatur green finance. Mari kita lihat beberapa regulasi utama yang sudah jalan dan sedang dikembangkan sekarang.

1. UU P2SK (Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan)

UU ini lahir Desember 2022 dan langsung jadi pondasi penting buat green finance di Indonesia. Simplenya, aturan ini nambahin bab khusus yang ngatur gimana sektor keuangan, emiten, sampai perusahaan publik bisa ikut push pembiayaan hijau. 

Jadi bukan cuma ngomongin profit doang, tapi juga transisi ke ekonomi rendah karbon.

2. Taksonomi Keuangan Berkelanjutan Indonesia (TKBI) Versi 2

Kalau yang ini fresh banget, rilis Februari 2025 dari OJK. TKBI versi 2 basically jadi semacam kamus resmi green finance: aktivitas ekonomi mana yang boleh dicap “hijau”, mana yang nggak. 

Tools ini penting biar bank, investor, dan brand kayak kamu nggak bingung nentuin mana proyek yang legit eco-friendly, sekaligus biar risiko greenwashing bisa ditekan.

3. Insentif Fiskal & Kebijakan Pendukung Lainnya

Selain aturan besar, pemerintah juga kasih “bonus” lewat insentif. Mulai dari relaksasi pajak, bebas PPN atau bea masuk buat produk renewable, sampai stimulus buat energi bersih. 

Plus, ada dorongan juga di sisi regulasi turunan yang bikin ekosistem lebih sehat. Misalnya soal disclosure risiko iklim di laporan keuangan. Intinya, makin transparan, makin kredibel bisnis kamu. 

Instrumen Green Finance yang Populer

Setelah ngomongin regulasi, sekarang kita geser ke hal yang lebih “praktikal”: instrumen keuangan apa aja sih yang biasa dipakai buat ngejalanin green finance? Karena tanpa instrumen ini, konsepnya tentu cuma jadi jargon aja. 

Nah, biar makin jelas, yuk kita breakdown satu-satu.

1. Green Bond

Ini semacam obligasi, tapi duit yang terkumpul cuma boleh dipakai buat proyek ramah lingkungan. Misalnya pembangunan energi terbarukan, transportasi hijau, atau manajemen limbah. 

Buat investor, green bond ini win-win solution: tetap ada return finansial, tapi ada kontribusi ke planet juga.

2. Green Loan

Kalau brand atau perusahaan butuh modal buat proyek tertentu, bank bisa kasih green loan. Terus apa bedanya sama pinjaman biasa? 

Ada syarat khusus: dananya harus dipakai buat kegiatan yang jelas dampaknya ke lingkungan. Jadi bukan sekadar pinjaman, tapi juga komitmen keberlanjutan.

3. Sustainability-Linked Loan

Kalau yang ini lebih fleksibel. Pinjaman tetap bisa buat berbagai kebutuhan bisnis, tapi bunga atau syaratnya dikaitkan sama capaian target sustainability. Semakin bagus performa lingkungannya, bisa makin ringan kewajibannya. 

Cocok buat perusahaan yang serius ngejalanin roadmap hijau, dan tetap tune in sama green finance.

4. Green Equity / Green Fund

Instrumen ini mirip investasi saham atau reksa dana, tapi portofolionya difokusin ke bisnis atau proyek hijau. Buat investor, ini cara buat “vote with money”—mendukung perusahaan yang punya strategi ramah lingkungan. Buat brand, ini juga bisa jadi jalur dapat modal green finance yang segar.

Instrumen ini mirip investasi saham atau reksa dana, tapi portofolionya difokusin ke bisnis atau proyek hijau. Buat investor, ini cara buat “vote with money”—mendukung perusahaan yang punya strategi ramah lingkungan. Buat brand, ini juga bisa jadi jalur dapat modal green finance yang segar.

Manfaat Green Finance untuk Bisnis

Sebelum lanjut ke bagian tantangan & peluang, ada baiknya kita lihat dulu kenapa green finance bukan cuma “bagus di atas kertas”, tapi benar-benar bisa ngasih impact real buat brand & perusahaan kamu. 

Ini beberapa manfaat yang paling sering muncul (dan udah didukung riset), biar kamu makin yakin masukin strategi hijau ke roadmap bisnis.

1. Meningkatkan Profitabilitas melalui Investasi Berkelanjutan

Manfaat green finance pertama, perusahaan yang investasi di proyek ramah lingkungan & pakai praktik ESG (Environmental, Social, Governance) sering dilihat lebih menarik oleh investor. 

Di Indonesia, riset “Green Finance Revolution” menunjukkan bahwa investasi berkelanjutan secara signifikan memperkuat profitabilitas korporasi, terutama di perusahaan yang performa ESG-nya bagus.

2. Mengurangi Risiko Regulator & Reputasi

Kalau brand nggak memperhatikan aspek lingkungan, bisa kena risiko: regulasi baru bisa dipaksakan, denda lingkungan, atau bahkan ditinggal buyer/ investor yang makin peduli sustainability. 

Maka dengan green finance, kamu bisa lebih siap menghadapi regulasi, dan menjaga reputasi agar tetap positif di mata publik & pasar global.

3. Akses Modal Lebih Baik & Insentif Keuangan

Proyek yang memenuhi standar green finance biasanya lebih mudah dapet akses ke sumber pendanaan khusus, bunga yang lebih kompetitif, atau insentif fiskal dari pemerintah. Ini bisa meringankan biaya modal dan mempercepat pengembalian investasi dari proyek ramah lingkungan.

4. Efisiensi Operasional dan Inovasi

Green finance memaksa perusahaan untuk mengevaluasi operasionalnya: penggunaan energi, limbah, logistik, penggunaan bahan baku. Semua itu jika diperbaiki bisa mengurangi biaya operasional dalam jangka panjang. 

Selain itu, ada kesempatan inovasi. Contoh, adaptasi teknologi bersih, desain produk ramah lingkungan, atau rantai pasok yang lebih hijau, yang bisa jadi keunggulan kompetitif.

Tantangan Implementasi Green Finance

Sekarang kita bahas apa aja rintangan yang sering muncul kalau mau ngejalanin green finance di Indonesia. Berdasarkan laporan dari Kementerian Keuangan, beberapa kendala teknis, kelembagaan, dan kesadaran (awareness) masih bikin penerapan green finance belum optimal.

1. Kurangnya Kesadaran & Pemahaman para Pelaku Pasar

Banyak perusahaan, bank, atau stakeholder belum sepenuhnya memahami manfaat, mekanisme, atau syarat detail green finance. Akibatnya, implementasi sering setengah-setengah: klaim “ramah lingkungan” ada, tapi bukti & standar laporannya lemah.

2. Data Lingkungan & Metodologi yang Belum kuat

Untuk menilai dampak lingkungan, butuh data kuantitatif yang valid dan metodologi jelas: seberapa banyak emisi dikurangi, berapa energi yang dihemat, dsb. Tapi seringnya perusahaan atau institusi masih kesulitan akses data atau standar penilaian yang konsisten.

3. Regulasi & Harmonisasi Kebijakan yang Belum Lengkap

Meski banyak aturan sudah muncul, sering terjadi tumpang tindih atau kurang sinkron antar lembaga pemerintah, bank, dan regulasi daerah. Ini bikin implementasi green finance jadi ribet, terutama untuk perusahaan yang punya operasi di banyak wilayah.

4. Keterbatasan Kapasitas Teknis & Sumber Daya Finansial

Banyak perusahaan, terutama UKM, yang belum punya SDM dengan keahlian sustainability reporting, environmental risk assessment, atau manajemen proyek hijau. Ditambah, proyek-proyek hijau sering butuh modal awal besar (capex tinggi), dan return-nya kadang baru terasa jangka menengah atau panjang, bikin banyak yang ragu.

5. Risiko Greenwashing & Kepercayaan Pasar

Kalau klaim “hijau” dilakukan tanpa bukti, transparansi, atau standar, publik atau investor bisa skeptis. Greenwashing bisa merusak reputasi, bukan cuma brand individual, tapi juga memperlambat adopsi green finance di level industri secara keseluruhan

Peluang Green Finance untuk Bisnis Lokal

Setelah tau tantangannya, sekarang bagian yang bikin semangat naik: peluang-peluang nyata yang bisa brand lokal manfaatin lewat green finance

Berdasarkan riset dari Muqaddimah (Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten) tentang perkembangan keuangan berkelanjutan di Indonesia, pemerintah & publik makin maksimal dorong green economy lewat kebijakan, kesadaran masyarakat, dan kolaborasi lintas sektor. 

1. Permintaan Pasar & Brand Image yang Makin Hijau

Konsumen lokal dan global sekarang makin peduli sustainability. Brand yang bisa tunjukin bahwa mereka memakai modal hijau, punya proyek yang ramah lingkungan, akan lebih dipercaya. Imajinasi: bukan cuma bantu bumi, tapi juga beda dari kompetitor yang masih “biasa saja”.

2. Akses ke Sumber Pendanaan & Kredit Spesial

Banyak bank & lembaga keuangan sekarang dituntut memberikan fasilitas ke sektor ramah lingkungan, misalnya kredit rendah bunga, insentif likuiditas, atau dana khusus hijau. Brand lokal yang bisa adaptasi & memenuhi standard green finance bisa jadi prioritas untuk pendanaan ini.

3. Kolaborasi Lintas Sektor & Peluang Inovasi Produk

Peluangnya bukan cuma duit, tapi juga kerja bareng pemerintah, LSM, atau investor global. Misalnya proyek adaptasi iklim, energi terbarukan, fintech sustainability, atau green supply chain. Inovasi produk hijau bisa jadi ceruk yang belum banyak disentuh.

4. Keunggulan Kompetitif di Pasar Global

Buyer & retailer internasional sering punya syarat keberlanjutan yang ketat. Brand lokal yang udah “siap” dengan green finance punya kelebihan buat diterima pasar global, bisa ikut tender internasional, ekspor lebih mudah, dan citra yang lebih premium.

Simpulan

Sekarang udah kebayang kan, kalau green finance itu strategi nyata buat bikin bisnis lebih sustain sekaligus makin kredibel di mata investor, konsumen, bahkan regulator. Nah, biar gampang keinget, ini highlight penting dari bahasan tadi:

  • Green finance itu praktik pembiayaan yang mendukung proyek atau aktivitas ramah lingkungan, dengan tujuan dorong transisi menuju ekonomi rendah karbon.
  • Di Indonesia, regulasinya udah lumayan solid: ada UU P2SK, Taksonomi Keuangan Berkelanjutan Indonesia, sampai insentif fiskal buat proyek hijau.
  • Instrumen populernya macem-macem: green bond, green loan, sukuk hijau, sampai ESG fund yang bisa jadi opsi buat investor.
  • Manfaatnya jelas: ningkatin reputasi, akses ke pendanaan, efisiensi operasional, sampai daya saing di pasar global.
  • Tantangannya ada, mulai dari risiko greenwashing sampai keterbatasan SDM dan awareness. Tapi di balik itu, peluang buat bisnis lokal juga gede banget, terutama karena tren konsumen dan regulasi makin berpihak ke keberlanjutan.

 

Nah, kalau brand kamu lagi cari partner digital marketing yang bisa nge-branding bisnismu agar dikenal target konsumen sebagai bisnis ramah lingkungan, Crepanion tentu bisa jadi jawabannya. 

Di Crepa, kita bukan sekadar eksekutor campaign, tapi partner strategis yang mikirin relevansi jangka panjang untuk brand kamu. Mulai dari social media management, crowdsourcing, sampai influencer marketing, semuanya kita kemas biar nyambung sama narasi besar go green dan tren global.

Jadi gimana, Crepanity? Siap scale-up bareng Crepanion dan bikin brand kamu tahan banting di masa depan? Klik ikon WhatsApp di pojok kanan bawah, and let’s talk strategy!