

Crepanity pernah nggak sih, ngerasa deadline kerjaan sering numpuk, sampai-sampai task selalu kamu kerjakan di jam tidur? Kalau pernah, i feel you. Pasti kepala serasa kayak mau meledak gitu, kan? It’s okey. Tenang aja, kali ini kita akan bahas obatnya, kok. Namanya metode getting things done.
Fyi ya Crepanity, masalah kayak gini bener-bener nggak bisa dianggap sepele. Semisal udah jadi kebiasaan, kamu bisa-bisa nggak sadar kalau sedang membuat diri jadi destruktif. Kamu nggak sadar kalau diam-diam performa kerja jeblok, fokus jadi gampang buyar, dan sulit ambil keputusan dengan tepat.
Dan salah satu solusi paling ampuh untuk mengobati penyakit itu, adalah metode getting things done. So, tanpa berlama-lama, kita langsung cus aja memahaminya dari A sampai Z. Oh ya, kalau Crepanity lagi sibuk, simpan aja link artikel ini biar nanti pas senggang bisa dibaca lagi. Penting soalnya. Oke?
Apa Itu Metode Getting Things Done?
Pertama, kita harus sepakati dulu soal definisi getting things done. Mengutip buku Getting Things Done, metode yang biasa disingkat GTD ini adalah metode manajemen produktivitas ciptaan David Allen, yang dirancang untuk “mengosongkan” pikiran dari beban kerja dan bikin eksekusi lebih terarah.
Dalam praktiknya, GTD punya lima langkah utama: Capture, Clarify, Organize, Reflect, dan Engage. Jadi semua ide, to-do, dan rencana kerja ditangkap dulu, lalu disaring mana yang bisa dikerjakan, ditunda, atau disimpan. Hasilnya, kamu nggak lagi kerja dengan pikiran yang penuh dan berantakan.
Uniknya lagi, metode ini bikin kamu selalu on track lewat review rutin dan aksi terencana. Jadi, beban kerja kamu nanti akan terasa ringan, fokus pun ikut terjaga, dan produktivitas naik tanpa bikin stres jadi langganan. Calm, tapi kerjaan tetap kelar tepat waktu.
Kenapa Kamu Harus Pakai Metode Getting Things Done?
Sekarang kamu udah paham apa itu getting things done dan cara kerjanya, waktunya kita bahas kenapa metode ini worth it banget buat dipakai di dunia kerja yang serba cepat. Biar nggak cuma ngerti konsepnya, tapi juga ngerti manfaat nyatanya.
1. Beban Mental Jadi Lebih Ringan
Dengan GTD, semua ide, to-do, dan janji kerjaan nggak lagi nyangkut di kepala. Semuanya masuk sistem yang jelas, jadi otak kamu bisa fokus mikir strategi, bukan sekadar nginget “habis ini ngapain lagi?”. Sehingga efek dominonya pun pikiran kamu jadi lebih ringan, produktivitas ikutan naik.
2. Kerjaan Tereksekusi dengan Terarah
Kalau kamu memahami dan menerapkannya betul, metode ini bisa bikin kamu ngerti prioritas mana yang harus dieksekusi duluan, sesuai konteks dan kapasitas. Nggak ada lagi drama kerja lompat-lompat atau berhenti di tengah jalan. Semua langkah punya urutan yang bikin hasil kerja kamu lebih rapi.
3. Minim Drama Deadline
Karena semua task udah terorganisir dari awal, kamu nggak lagi dikejar-kejar waktu sampai harus kerja lembur tiap hari. Karena memang metode getting things done mendorong review rutin biar progress selalu ketahuan, jadi potensi deadline molor bisa ditekan habis-habisan.
4. Adaptif di Situasi Apa Pun
Entah tiba-tiba ada project baru, revisi dadakan, atau perubahan strategi, metode getting things done tetap bisa menyesuaikan. Sistemnya fleksibel, jadi kamu nggak perlu panik atau ngerombak semua plan dari nol. Tinggal atur ulang prioritas, dan lanjut jalan.
Lima Langkah Dasar dalam Sistem Getting Things Done
Kalau dari tadi kita udah bahas manfaatnya, sekarang saatnya kita kulik resep rahasia dari buku Getting Things Done karya David Allen. Di dalamnya, Allen ngenalin lima langkah dasar yang jadi pondasi sistem ini—dan semuanya dirancang biar kerjaan kamu selalu terorganisir tanpa bikin stres.
1. Capture (Tangkap Semua Hal)
Setiap ide, tugas, atau komitmen kerja jangan cuma parkir di kepala. Tangkap semuanya di satu tempat yang kamu percaya—entah itu aplikasi, buku catatan, atau project management tool. Tujuannya, biar otak nggak kebebanan nyimpen “file” yang bikin energi cepat habis.
2. Clarify (Perjelas)
Begitu udah terkumpul, setiap item harus dibedah: ini action yang bisa langsung dikerjain, project yang perlu direncanain, atau cuma info untuk disimpan? Proses ini bikin semua jadi jelas, nggak ada lagi to-do yang menggantung tanpa arah.
3. Organize (Atur dii Sistem)
Setelah jelas, waktunya nyusun item itu ke dalam kategori dan prioritas yang tepat. Bisa berdasarkan deadline, jenis pekerjaan, atau konteks pengerjaan. Dengan begitu, kamu selalu tahu apa yang harus dikerjain dan kapan waktunya.
4. Reflect (Tinjau Ulang)
GTD mendorong kamu buat nge-review sistem secara rutin, minimal seminggu sekali. Tujuannya, biar rencana tetap relevan, prioritas tetap on point, dan nggak ada task yang kelewat. Review ini ibarat nge-refresh otak biar selalu siap tempur.
5. Engage (Eksekusi)
Langkah terakhir adalah action. Pilih task yang paling sesuai sama konteks, energi, dan prioritas kamu saat itu. Di sini, GTD mendorong kamu buat kerja fokus, bukan sekadar sibuk, sehingga hasilnya lebih impactful dan nggak setengah-setengah.
Simpulan
Gimana, sekarang udah kebayang kan gimana getting things done bisa jadi game-changer buat produktivitas kamu? Tapi ingat, teori sehebat apapun nggak akan ngasih efek kalau cuma berhenti di layar bacaan tanpa kamu eksekusi. Jadi, yuk mulai terapin GTD dari sekarang biar ritme kerja lebih rapi dan kepala nggak lagi penuh beban.
Biar nggak lupa, ini poin penting yang udah kita bahas:
- Getting things done adalah metode manajemen produktivitas ciptaan David Allen untuk mengosongkan pikiran dari beban kerja.
- GTD punya manfaat mulai dari meringankan beban mental, bikin eksekusi kerja lebih terarah, sampai bikin deadline nggak jadi momok.
- Ada lima langkah utama GTD: Capture, Clarify, Organize, Reflect, dan Engage.
- Metode ini fleksibel dan bisa diadaptasi di situasi kerja apapun, bahkan yang berubah secepat tren TikTok.
Tapi kalau kamu udah coba berbagai cara buat ngatur kerjaan, mulai dari GTD, to-do list, sampai reminder di HP, tapi tetap kewalahan karena tim kecil atau resource terbatas, mungkin ini saatnya minta bantuan profesional. Kadang masalahnya bukan di metodenya, tapi di eksekusinya yang butuh tim andal.
Nah, Crepanion hadir buat itu. Kami siap bantu bisnis kamu lewat layanan seperti influencer marketing, social media management, live shopping, ghost order, web development, sampai strategic consultation, semuanya disesuaikan dengan objektif brand kamu.
Mau langsung ngobrol strategi atau sekadar tanya-tanya santai dulu juga boleh, kok. Klik aja ikon WhatsApp di pojok kanan bawah, tim Crepanion selalu siap bantu wujudkan goals bisnismu!