#StressLessEarnMore

Sertifikasi Ekolabel di Indonesia: Panduan Praktis untuk Brand Lokal

Panduan Mendapatkan Sertifikasi Ekolabel di Indonesia
Cara Mendapatkan Sertifikasi Ekolabel
Panduan Mendapatkan Sertifikasi Ekolabel di Indonesia

Brand kamu dari sisi operasional, branding, dan marketing udah mantep banget nerapin prinsip ramah lingkungan? Kalau udah, that’s very good. Tapi sorry to say ya Crepanity, semua itu ternyata akan percuma, kalau brand kamu belum punya sertifikasi ekolabel

Lho kok bisa? Apakah ada pengaruh signifikan ke bisnis? Gimana cara dapetin sertifikasinya?

Kalau kamu serius dengan pertanyaan itu, artikel ini bakal bantu kamu. Kita akan bahas lengkap soal sertifikasi ekolabel. Mulai dari pengertian, jenis, regulasi, manfaatnya buat bisnis, sampai cara dapetinnya. So, stay tuned ya, karena ini bisa jadi kunci positioning baru buat brand kamu.

Apa Itu Sertifikasi Ekolabel Indonesia?

Biar nggak ada miskom soal istilah, penting banget kita mulai dengan memetakan dulu pengertian sertifikasi ekolabel. Jangan sampai brand kamu salah kaprah, karena yang dimaksud bukan sekadar stempel hijau atau klaim ramah lingkungan di kemasan produk.

Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sertifikasi ekolabel adalah tanda yang diberikan pada produk atau jasa yang telah memenuhi kriteria ramah lingkungan sesuai dengan standar yang berlaku KLHK. 

Artinya, produk yang sudah tersertifikasi punya jaminan bahwa seluruh proses produksinya, dari bahan baku, distribusi, sampai pembuangan, memang meminimalisir dampak negatif bagi lingkungan.

Definisi ini sejalan dengan kerangka internasional yang dikeluarkan oleh ISO 14020 series, di mana sertifikasi ekolabel diposisikan sebagai instrumen resmi untuk transparansi dan akuntabilitas praktik sustainability ISO. 

Jadi, label ini bukan sekadar formalitas ya, tapi memang bukti nyata buat nunjukin kalau brand kamu punya komitmen terhadap keberlanjutan yang bisa diakui lintas negara.

Jenis Sertifikasi Ekolabel Indonesia

Kalau di bagian sebelumnya kita udah bahas definisinya, sekarang saatnya nyemplung ke detail: jenis-jenis sertifikasi ekolabel di Indonesia. Biar nggak bingung, sistem ekolabel di sini dibagi jadi dua kategori utama, sesuai yang dijelaskan KLHK dalam pedoman resminya.

1. Ekolabel Tipe 1

Ini jenis sertifikasi ekolabel yang paling “resmi” karena ditetapkan berdasarkan standar tertentu dan melalui proses verifikasi pihak ketiga. Produk yang dapat label ini berarti udah lolos uji kriteria lingkungan yang cukup ketat, mulai dari bahan baku sampai tahap akhir penggunaannya. 

Jadi, value-nya jelas: ada pengakuan kredibel dan bisa jadi selling point yang kuat.

2. Ekolabel Tipe II

Kalau yang ini lebih ke klaim lingkungan yang disampaikan langsung sama produsen. Misalnya, klaim “100% recyclable” atau “biodegradable.” 

Nah, bedanya, tipe II ini nggak selalu lewat audit pihak ketiga, jadi tanggung jawab transparansi ada di perusahaan. Artinya, bisa tetap powerful buat positioning brand, tapi harus ekstra hati-hati biar klaimnya nggak dianggap greenwashing.

3. Ekolabel Tipe III

Jenis ini fokus pada penyediaan data lingkungan berbasis verifikasi, biasanya dalam bentuk Environmental Product Declaration (EPD). Jadi bukan sekadar klaim “ramah lingkungan,” tapi benar-benar nyajiin data kuantitatif yang bisa diverifikasi.

Contohnya kayak emisi karbon per unit produk. Buat brand yang main di pasar global, ini tipe yang bisa jadi tiket masuk karena keterbukaan datanya diakui secara internasional.

Regulasi & Lembaga yang Menerbitkan Sertifikasi Ekolabel

Setelah tahu jenis-jenisnya, sekarang kita geser ke pertanyaan klasik: siapa sih yang ngatur dan nerbitin sertifikasi ekolabel di Indonesia

Soalnya tanpa regulasi yang jelas, label ini bisa jadi cuma tempelan aja. Untungnya, ada payung hukum dan lembaga resmi yang ngawal ekolabel biar kredibilitasnya terjamin.

1. Regulasi Sertifikasi Ekolabel di Indonesia

Regulasi utama soal sertifikasi ekolabel ada di Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 2 Tahun 2014 tentang Ekolabel. Aturan ini jadi guideline dasar buat brand atau produsen yang pengen produknya diakui ramah lingkungan. 

Jadi, nggak bisa asal klaim “green product” tanpa ikutin standar yang udah ditetapkan pemerintah.

2. Lembaga Penerbit SertifikasiEkolabel Indonesia

Nah, buat lembaganya, yang pegang peran kunci adalah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Mereka yang bikin kriteria, kasih sertifikasi, dan pastiin sistemnya jalan sesuai standar. 

Plus, ada juga Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) yang udah diakreditasi Komite Akreditasi Nasional (KAN) buat nge-handle proses audit dan verifikasi produk. Jadi, mekanismenya udah cukup solid: pemerintah bikin aturan, lembaga independen eksekusi teknis, brand tinggal comply.

Manfaat Sertifikasi Ekolabel untuk Bisnis

Sekarang kita bahas pertanyaan besarnya: apa sih manfaat sertifikasi ekolabel untuk bisnis? Jawaban singkatnya, tentu sertifikasi ekolabel bukan cuma soal idealisme menjaga bumi, tapi ada value bisnis nyata yang bisa bikin produk kamu lebih kompetitif di pasar. Berikut rinciannya:

1. Naikin Kredibilitas Brand

Sertifikasi ekolabel tuh kayak badge of honor. Konsumen jadi tau kalau klaim eco-friendly kamu bukan gimmick doang, tapi memang divalidasi lembaga resmi. Trust jadi lebih gampang dibangun, dan ujung-ujungnya, loyalitas mereka ke brand makin kuat.

2. Buka Akses ke Pasar Nasional

Pasar global makin ribet sama regulasi lingkungan. Punya sertifikasi ekolabel bikin produk kamu lebih gampang tembus, terutama ke market kayak Eropa dan Jepang. Jadi bukan sekadar jualan di lokal aja, tapi bisa jadi tiket buat scale up ke global stage.

3. Jadi Differentiator yang Nendang

Produk mirip-mirip di rak itu banyak banget. Bedanya, kalau ada logo ekolabel di packaging, konsumen bakal lebih gampang klik brand kamu. Simple, tapi jadi alasan kuat kenapa mereka pilih produk kamu dibanding kompetitor.

4. Bost Efisiensi Operasional

Proses sertifikasi biasanya maksa perusahaan buat audit ulang resource: energi, air, sampai bahan baku. Hasilnya? Operasi makin efisien, cost bisa ditekan, dan margin profit jangka panjang jadi lebih sehat. Sustainability yang ngasih untung dobel.

5. Perkuat Storytelling Brand

Campaign tanpa narasi itu boring. Makanya dengan sertifikasi ekolabel, kamu bisa bangun cerita autentik soal kontribusi ke lingkungan. Cerita ini gampang banget diangkat ke konten marketing biar makin resonate sama audiens Gen Z dan milenial yang care sama isu bumi.

Nah, kalau brand kamu lagi mikir “gimana ya cara bawa cerita sustainability ini biar lebih engaging?”, Crepa bisa jadi partner yang pas. Lewat Influencer Marketing dan Social Media Management, kita bisa bantu amplify cerita green branding kamu biar makin nyampe ke audiens yang tepat.

  • Dengan Influencer Marketing, kamu bisa kolaborasi sama creator yang punya positioning kuat di isu sustainability. Jadi campaign kamu terasa organik, bukan tempelan.
  • Lewat Social Media Management, tim Crepa bisa ngejaga konsistensi tone, visual, sampai strategi konten, biar cerita soal sertifikasi ekolabel nggak cuma numpang lewat, tapi jadi bagian dari identitas brand.

 

Intinya, sustainability story udah kamu punya, tinggal Crepa yang bantuin bikin narasinya lebih powerful dan relevan buat audiens digital.  Klik ikon WhatsApp di pojok kanan bawah untuk konsultasi sama tim Crepa!

Cara Mendapatkan Sertifikasi Ekolabel

Setelah tahu manfaatnya dan gimana storytelling bisa di-boost lewat campaign kreatif, pertanyaan berikutnya pasti muncul: “Oke, terus gimana cara dapetin sertifikasi ekolabel itu sendiri?” 

Tenang, prosesnya udah diatur jelas sama KLHK lewat Permen LHK Nomor 2 Tahun 2014 tentang Ekolabel. Jadi brand kamu nggak perlu nebak-nebak.

1. Ajukan Permohonan ke KLHK

Step awal, perusahaan harus daftar resmi ke KLHK buat ngajuin permohonan sertifikasi ekolabel. Ada form plus dokumen pendukung yang nunjukin kalau produk kamu udah sesuai kriteria ramah lingkungan. Klik aja link Permen LHK di atas.

2. Siapkan Dokumentasi Teknis & Bukti Pendukung

Nggak bisa asal klaim. Brand harus nyiapin data teknis kayak penggunaan bahan baku, konsumsi energi, manajemen limbah, sampai distribusi. Semua detail ini jadi dasar buat tim auditor ngecek apakah produk kamu layak lolos.

3. Proses Audit oleh Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro)

Di tahap ini, LSPro yang udah diakreditasi Komite Akreditasi Nasional (KAN) bakal turun langsung ngecek proses produksi. Jadi bukan cuma di atas kertas, tapi juga ke lapangan buat verifikasi fakta.

4. Evaluasi dan Penetapan Hasil

Hasil audit bakal dibawa balik ke KLHK buat dievaluasi. Kalau semuanya comply, brand kamu bakal dapat sertifikat ekolabel resmi. Kalau belum, biasanya ada catatan perbaikan yang bisa jadi panduan buat next attempt.

5. Penggunaan Logo Ekolabel

Kalau udah fix dapat sertifikasi ekolabel, kamu boleh tempel logo ekolabel di produk, packaging, atau materi promosi. Tapi catet, penggunaannya harus sesuai aturan biar nggak disalahgunakan.

Simpulan

Sekarang kamu udah lihat sendiri, sertifikasi ekolabel itu bukan sekadar label hijau buat gaya-gayaan. Ini strategi serius yang bisa bikin bisnis kamu relevan, trusted, dan punya impact nyata buat lingkungan di tengah tuntutan konsumen yang makin kritis.

Biar gampang, ini highlight penting dari pembahasan tadi:

  • Sertifikasi ekolabel adalah pengakuan resmi kalau produk kamu memenuhi standar ramah lingkungan, dari hulu sampai hilir.
  • Regulasi dan lembaga kayak KLHK serta LSPro jadi penjaga kredibilitas, biar klaim eco-friendly nggak cuma jargon.
  • Manfaatnya luas: ningkatin kredibilitas, bikin brand gampang tembus pasar global, diferensiasi dari kompetitor, sampai efisiensi operasional.
  • Cara dapetinnya udah jelas step by step: mulai dari ajukan permohonan ke KLHK, siapin dokumen, audit LSPro, sampai akhirnya bisa pasang logo ekolabel di produk.
  • Sertifikasi ini juga bisa jadi bahan storytelling powerful buat campaign marketing, apalagi kalau dibantu partner kreatif yang ngerti cara amplify narasi sustainability.