#StressLessEarnMore

Pengen Brand Kamu Selalu On Point? Kuasai Dulu 7 Strategi Riset Pasar Ini

7 Strategi Riset Pasar untuk Mengambil Keputusan
7 Strategi Riset Pasar untuk Mengambil Keputusan
7 Strategi Riset Pasar

Brand yang keren itu bukan cuma soal visual yang kece atau tone voice yang sassy. Kalau tanpa dibarengi sama strategi riset pasar yang solid, branding kamu ya cuma bakal jadi buah asumsi tak berdasar. Dengan kata lain, tak lebih dari hasil tebak-tebakan berhadiah aja.

Ini Crepanion nggak asal ngomong lho ya. Menurut CB Insight dikutip dari Engenesis, 42% bisnis itu gagal karena nggak ada market need. Artinya, banyak brand terlalu pede sama feeling tanpa didasari sama strategi riset pasar yang kuat. 

Makanya, biar branding perusahaan kamu nggak asal jalan, di artikel ini kita bakal bedah kenapa riset itu esensial banget buat brand, apa aja strategi riset pasar itu, sampai tips jitu sebelum brand kamu mengeksekusinya. Yuk, gas terus bacanya sampai tuntas!

Kenapa Riset Pasar Itu Ngga Boleh di-skip?

Sebelum kita terlalu jauh, kita harus sama-sama paham dulu soal apa itu riset pasar. Jadi singkatnya, riset pasar adalah proses mengumpulkan insight soal target audience, kebutuhan mereka, sampai tren yang lagi naik, buat ngarahin strategi bisnis biar nggak ngawur.

Pentingnya strategi riset pasar tuh nggak bisa diremehkan. Menurut Forbes, brand yang rutin riset, umumnya bisa nyesuaiin strategi bisnis dengan perubahan pasar lebih cepat dan presisi. Kenapa begitu?

Soalnya, riset pasar adalah kunci buat bikin produk, konten, dan campaign yang relevan. Tanpa punya data pasar yang valid, semua ide kamu bisa aja cuma cocok buat diri sendiri, bukan buat market yang sebenarnya. That’s a huge miss, bestie.

Lalu, apa aja strategi riset pasar yang bisa dipakai?

7 Strategi Riset Pasar buat Baca Tren dan Bikin Keputusan

Tenang, Crepanion udah rangkum strategi riset pasar dari sumber-sumber kredibel. Kamu tinggal menyimak dan mempraktekkannya aja. Ada metode, tools, dan mindset yang bisa dipakai biar datanya bisa dijadikan landasan decision making. Yuk, kita kulik satu per satu.

1. Suara Audiens: Cara Cepat Baca Suara Audiens

Jangan salah, survei itu masih jadi senjata andalan dalam strategi riset pasar. Soalnya, metode ini fleksibel banget. Kamu bisa sebar lewat apa aja, kayak misal email, link, atau bahkan chatbot. 

Tapi, jangan asal lempar pertanyaan, struktur dan jenis pertanyaan penting kamu pikirkan matang-matang. Crepanion ada saran beberapa tipe pertanyaan yang bisa kamu pakai, tergantung insight yang pengen digali:

  • Dichotomous: pilihan dua jawaban, misalnya ya atau nggak
  • Multiple Choice: kasih beberapa opsi, biar responden tinggal klik
  • Checkbox: memungkinkan mereka pilih lebih dari satu jawaban
  • Rating Scale: biasanya pakai angka atau bintang (misal: 1–5)
  • Likert Scale: ngukur tingkat persetujuan, kayak “setuju banget” sampai “nggak setuju sama sekali”
  • Matrix: bentuk tabel yang cocok buat banyak pertanyaan serupa
  • Demographic: ngumpulin info dasar kayak umur, gender, profesi

Menurut Brandwatch, pemilihan format ini bisa ngefek ke akurasi data dan seberapa nyaman audiens buat jawab. So, jangan asal comot template, cocokkan sama goal riset kamu, ya!

2. Wawancara Mendalam: Gali Insight dari Cerita Nyata

Kalau survei itu fokusnya di kuantitas, maka wawancara itu soal kualitas. Lewat sesi ngobrol 1-on-1, kamu bisa dapet insight lebih dalam tentang pain point, motivasi, sampai behavior audiens secara personal.

Teknik ini sering dipakai dalam strategi riset pasar buat ngasah empati terhadap user. Bahkan, menurut IDEO (Interaction Design Foundation), metode ini jadi bagian penting dari design thinking yang sering dipakai Google.

3. Cari Celah, Jangan cuma Iri

Pernah nggak kamu scroll medsos kompetitor sambil julid bareng tim? Nah, daripada neglakuin begituan, mending tim kamu ajak buat nge-breakdown pendekatan mereka. Coba lihat positioning, tone of voice, dan strategi kontennya.

Kamu bisa gunakan teknik analisis pasar seperti SWOT untuk ngebandingin value brand kamu dengan mereka. Mengutip HubSpot, tools kayak SimilarWeb, Semrush, atau SpyFu bisa bantu kamu mantau traffic dan keyword mereka secara real-time.

4. Social Listening: Dengerin, Jangan Asal Posting

Social listening adalah cara riset tren pasar yang makin relevan di era digital. Dengan tools kayak Brand24, Hootsuite, atau Sprout Social, kamu bisa nangkep topik yang lagi rame diomongin sama audience.

Data nanti bisa kamu pakai buat nyesuain konten, ngelihat sentiment publik, dan bahkan menangkap potensi krisis lebih cepat. Menurut Gartner, insight dari social listening itu bisa bantu brand lebih responsif dan relevan sama kondisi pasar.

5. Focus Group Discussion: Uji Ide Sebelum Launch

Kalau kamu lagi mau ngetes campaign atau produk baru, FGD bisa jadi cara validasi yang mantap. Kamu bisa ngumpulin 6–10 orang target market, lalu diskusikan ide yang kamu punya secara terstruktur.

Teknik ini sangat berguna untuk dapetin reaksi spontan dari audiens terhadap pesan, desain, atau fitur tertentu. Tapi juga harap diingat, kamu butuh moderator yang netral biar diskusinya nggak bias. SurveyMonkey punya panduan lengkap soal cara bikin FGD yang efektif. Berikut:

  • Tentukan tujuan yang spesifik: Mau uji logo baru? Tone iklan? Jangan semua diceburin sekaligus.
  • Siapkan moderator yang netral: Biar diskusi tetap fokus dan nggak condong ke satu opini dominan.
  • Susun pertanyaan terbuka: Hindari pertanyaan yes/no, biar insight-nya lebih kaya dan variatif.
  • Ciptakan suasana aman dan santai: Supaya peserta nyaman ngobrol tanpa takut di-judge.
  • Rekam diskusinya (dengan izin): Buat dianalisis lebih lanjut tanpa takut ada insight yang kelewat.

6. Riset Sekunder: Gunakan Data yang SUdah Ada

Kadang kamu nggak perlu mulai dari nol. Banyak laporan riset yang udah dipublikasi dan bisa kamu manfaatkan secara gratis maupun berbayar. Data yang Crepanion maksud tuh kayak tren industri, data demografi, atau laporan tahunan dari lembaga terpercaya.

Sumber seperti Statista, Pew Research, atau McKinsey bisa kamu jadikan rujukan dalam strategi riset pasar, terutama buat validasi hipotesis awal. Ini cocok buat kamu yang butuh data luas tapi punya waktu terbatas buat ngumpulin data primer.

7. A/B Testing: Uji Strategi secara Real Time

Yang ketujuh ada A/B testing. Ini bukan cuma buat ads lho ya. Crepanity juga bisa pakai buat uji efektivitas landing page, copywriting, atau layout website. Tujuannya simpel: mana versi yang paling perform.

Dengan teknik analisis pasar ini, kamu nggak perlu nebak-nebak. Cukup bikin dua versi, rilis, lalu lihat mana yang performanya paling cocok. Menurut Optimizely, A/B testing bisa naikin conversion rate hingga 49% kalau diterapkan dengan benar.

Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Riset Pasar

Tapi kamu perlu ingat ya Crepanity, bawah melakukan strategi riset pasar itu bukan sekadar “jalan dulu aja”. Fondasi yang kamu pakai sebelum riset juga harus jelas dulu, biar data yang kamu dapat nantinya nggak misleading. 

Jadi, ada beberapa hal penting yang perlu kamu pastikan sebelum riset pasar. Berikut di antaranya:

1. Tentuin Tujuan Riset yang Spesifik dan Terukur

Pertama-tama, tentukan dulu tujuan riset kamu secara spesifik. Kalau brand kamu mau cari tahu brand awareness, validasi ide produk, atau nyari insight untuk konten marketing, berarti pertanyaan fondasinya jangan semua dicampur dalam satu riset. Pecah dan kelompokkan berdasar tujuan riset kamu.

2. Kenali Target AUdiens Kamu secara Detail

Sebelum menerapkan strategi riset pasar, satu hal utama yang nggak boleh ditinggalkan adalah data tentang siapa target audiens brand kamu. Jangan jawab sekadar, “gen z”, “millennials” atau “ibu rumah tangga” lho ya. 

Maksud Crepanion, kamu juga harus mengenali karakteristik mereka secara demografis, psikografis, dan behavioral. Ini penting. Kalau targetnya masih belum jelas, data yang kamu dapet nanti juga bakal nggak nyambung. Sia-sia kamu riset pasar.

3. Pilih Metode yang Paling Sesuai dengan Tujuan dan Resource

Nggak semua riset harus pakai survei atau FGD. Kalau kamu cuma butuh validasi cepat, social listening atau A/B testing bisa jadi opsi. Intinya, sesuaikan dengan budget, waktu, dan jenis data yang kamu butuhkan.

4. Siapkan Pertanyaan atau Instrumen Riset dengan Cermat

Pertanyaan yang ambigu atau terlalu panjang bisa bikin responden bingung, dan hasilnya hampir pasti jadi bias. Jadi, dalam menyusun pertanyaan, gunakan bahasa yang jelas, netral, dan nggak mengarahkan. Ini penting banget buat ngejaga validitas data riset kamu.

5. Pastikan Etika dan Privasi Data Terjaga

Jangan skip bagian ini, bestie. Ngumpulin data audiens itu bukan berarti kamu bebas ngoprek informasi seenaknya. Kalau kamu lalai soal privasi, maka bukan cuma kehilangan trust audiens, tapi juga bisa kena masalah hukum, apalagi kalau main di market internasional.

Menurut OECD Guidelines on the Protection of Privacy and Transborder Flows of Personal Data, data konsumen harus dikumpulkan secara fair, dengan persetujuan jelas, dan hanya digunakan untuk tujuan yang disampaikan sejak awal. Artinya:

  • Selalu minta consent sebelum ngumpulin data, bahkan untuk survei kecil.
  • Jelaskan tujuan pengumpulan data secara transparan: dipakai buat analisis, bukan jual ke pihak ketiga.
  • Simpan data dengan aman, hindari akses terbuka yang bisa dimanfaatkan pihak lain.
  • Hormati hak responden buat mengakses, memperbaiki, atau minta hapus data mereka kapan pun.
  • Kalau target kamu dari Indonesia, patuhi UU PDP (Perlindungan Data Pribadi) sanksinya bisa berupa denda administratif hingga pidana penjara kalau datanya disalahgunakan. Jadi, jangan main-main, ya!

Simpulan

Itulah pembahasan lengkap tentang strategi riset pasar, senjata wajib kalau brand kamu tetap pengen relevan, relate, dan ready buat scale-up. Riset pasar bukan lagi hal “boleh ada”, tapi harus banget ada, apalagi di tengah pasar yang makin dinamis dan kompetitif kayak sekarang.

Biar makin nempel, yuk kita rekap bareng poin-poin penting yang tadi udah kita kupas tuntas:

  • Apa itu riset pasar dan kenapa penting: Riset pasar adalah proses ngumpulin data buat bantu ambil keputusan bisnis yang lebih presisi. Tanpa ini, strategi kamu bisa asal tebak dan minim dampak.
  • Tujuh strategi riset pasar: Dari survei, FGD, social listening, hingga competitive analysis, semua punya cara, fungsi, dan hasil yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan brand kamu.
  • Hal-hal yang perlu diperhatikan: Tentuin tujuan riset, kenali audiens, pilih metode yang tepat, jaga etika, dan pastikan semua data diolah dengan penuh tanggung jawab.

Nah, kalau kamu pengen brand-mu nggak cuma sekadar “ada di pasar” tapi juga jadi pemain utama, Crepanion siap bantu dari segi branding-nya. Mulai dari bikin konten media sosial yang data-driven, influencer marketing, sampai web development & brand training..

Tenang aja, kami nggak asal gerak. Di Crepa, setiap langkah didasari tiga prinsip utama:

  • Ownership: Brand kamu kami perlakukan kayak brand kami sendiri.
  • Agile: Kami adaptif, gesit, dan selalu update dengan tren pasar.
  • Risk-Based Thinking: Setiap strategi kami rancang dengan pertimbangan risiko dan potensi hasil terbaik.

So, Crepanity udah siap bawa brand kamu ke level selanjutnya? Klik ikon WhatsApp di pojok kanan bawah kalau kamu pengen ngobrol langsung sama tim Crepanion!