#StressLessEarnMore

Stop Bangga Jadi Multitasker! Ini Bukti Ilmiah kalau Multitasking Itu Mitos & Berbahaya

Bukti ilmiah multitasking mitos
Bukti ilmiah multitasking mitos
Bahaya Multitasking

Pernah nggak kamu merasa bangga karena bisa balas email, nyusun konten, sambil meeting sama klien sekaligus? Kalau pernah, mulai sekarang stop kebiasaan itu ya Crepanity. Karena sebenarnya, dalam banyak penelitian, multitasking itu mitos.

Misalnya studi yang dilaporkan oleh Stanford University. Di sana dijelaskan bahwa multitasking itu mitos karena berefek negatif ke otak dan output kerja. Seorang multitasker justru lebih gampang terdistraksi, punya fokus yang lemah, dan lebih susah memilah informasi penting.

Jadi, jangan buru-buru bangga merasa bisa multitasking ya Crepanity. Yuk, kita gali lebih dalam kenapa multitasking itu mitos, gimana efeknya ke produktivitas kerja kamu, sampai solusi real buat upgrade diri biar kamu lebih fokus & berdampak di dunia kerja.

Kenapa Multitasking Itu Mitos?

Selain dari Stanford University tadi, ada juga penelitian yang menunjukkan kalau multitasking itu mitos. Yaitu dari dari William, Gladstones, dan Regan (2007), yang berjudul “Division of Attention: The Single-Channel Hypothesis Revisited”. 

Ringkasnya, penelitian itu nunjukkin kalau otak kita ternyata cuma punya satu jalur utama buat memproses informasi. Jadi, pas kita multitasking, otak tuh sebenarnya bukan membagi fokus, tapi lebih ke bolak-balik switching tasks, dan itu boros energi banget.

Lebih lanjut, multitasking itu mitos karena bikin performa otak tetap stuck di level yang sama, baik saat kita ngerjain tugas sejenis maupun dua sekaligus. Nggak ada bukti kalau kapasitas otak meningkat waktu multitasking. 

So, dari sisi sains, mitos multitasking udah kena checkmate dari beberapa dekade yang lalu. Ia nggak efektif, dan jelas bukan jalan ninja buat jadi produktif.

Efek Samping Multitasking ke Produktivitas Kerja

Dari berbagai studi kredibel yang Crepanion baca, multitasking ini udah terbukti kalau punya efek samping yang serius ke produktivitas kerja. Di bawah ini, Crepanion udah rangkum dampak multitasking dari sisi ilmiah dan realita kerjaan.

Dampak Multitasking terhadap Produktivitas Kerja

1. Produktivitas Bisa Drop sampai 40%

Menurut riset dari American Psychological Association, multitasking itu mitos karena bisa bikin performa kerja drop sampai 40%. Kok bisa? 

Karena tadi, multitasking itu sebenarnya switching task yang membutuhkan waktu buat otak. Dan setiap switching itu nyedot energi mental. Jadi, makin banyak kamu multitasking, makin banyak waktu pula yang kebuang cuma buat “warming up ulang”.

2. Makin Sering Error, Makin Sering Skip Detail

Menurut Refathom, multitasking = fokus terbagi. Fokus terbagi = otak gampang skip hal penting. Nah, semakin banyak kamu lompat-lompat kerjaan, maka makin besar juga risiko mengalami kesalahan kerja. Kayak typo, salah input, bahkan salah ngirim file ke klien. 

Dampak multitasking ini real dan sering kejadian banget di dunia kerja cepat kayak digital marketing. Crepanity pun sebenarnya, kalau mau jujur-jujuran nih, pernah ngerasain hal ini, kan?

3. Capeknya Dua Kali Lipat, tapi Outpput-nya Gak Nambah

Ngaku aja deh. Vault.com pun bilang, multitasking itu mitos karena seolah-olah bikin kita sibuk banget, tapi sebetulnya nggak efisien buat energi kita. Setiap ganti tugas pekerjaan, otak kamu bekerja ekstra keras buat adaptasi ulang tugas yang konteksnya berbeda. 

Efek sampingnya, kamu bisa kena mental fatigue alias lelah otak. Dan ini jangan disepelekan, karena bisa jadi salah satu bahaya multitasking jangka panjang yang bikin kamu burnout lebih cepat.

4. Susah Bangun Flow Kerja yang Stabil

Pernah ngerasa kerja udah satu jam tapi hasilnya nggak seberapa? Itulah kenapa multitasking itu mitos buat produktivitas. Sebab dengan multitasking, kamu nggak sempat masuk ke mode “deep work”. 

Atau kalau mengutip Psicomart, multitasking bikin kamu stuck di permukaan karena otak terus-menerus mengalami distraksi. Akhirnya, kamu nggak pernah nemu ritme kerja yang stabil, tenang, dan produktif.

5. Ganggu Kolaborasi & Komunikasi Tim

Dampak multitasking tuh bukan cuma ngaruh ke kamu. Menurut Vault.com, ia juga bisa merembet ke kondisi kerja tim. 

Misalnya, pas kamu ngerjain banyak hal sekaligus, kamu jadi susah hadir 100% di meeting atau brainstorming. Akhirnya diskusi jadi kurang nendang, dan kolaborasi pun malah kehilangan momentumnya.

Solusi: Single Tasking & Cara Latih Fokus Kerja

Setelah tahu bahaya multitasking, dari otak yang kepaksa marathon task switching sampai kerjaan yang jadi setengah matang, kini udah waktunya Crepanity menyadari kalau multitasking itu mitos dan harus pindah ke single tasking. 

Karena bagaimanapun, di dunia kerja yang serba cepat ini, yang menjadi tipping point bukan siapa yang paling sibuk yang menang, tapi siapa yang paling fokus dan tahu kapan harus bilang “no” ke distraksi.

Nah, ini dia beberapa cara paling masuk akal dan bisa langsung kamu cobain buat ningkatin skill single-tasking kamu. Kita nggak cuma ngomong teori doang, tapi langsung kasih cara real-nya.

1. Cobain Teknik Pomodoro, tapi Versi Kamu Sendiri

Teknik pomodoro itu emang basic, tapi jangan diremehin. Kerja fokus di 25 menit pertama, lalu break 5 menit, itu bisa ningkatin fokus dan menghindari lelah otak. 

Tapi jangan saklek juga. Kalau kamu tipe yang butuh 40 menit buat nyelam bener-bener ke kerjaan, ya go with that. Yang penting, ada jeda buat nafas. Otak kamu tuh bukan mesin TikTok yang bisa scroll terus tanpa henti.

2. Bikin “Zona Fokus” di Dunia Nyata dan Digital

Maksudnya, kamu luangin satu space di meja kerja agar terbebas dari snack, notifikasi, atau kerusuhan timeline. Sambil itu, aktifin Do Not Disturb, dan jauhkan HP. 

Percaya sama Crepanion, kalau kamu bisa ngelakuin ini konsisten, kamu ke depannya bakal lebih fokus dan berdampak di dunia kerja. Nggak akan lagi kejebak sama switching task. Ingat, multitasking itu mitos.

3. Time-Boxing: Kalender Jadi Partner Produktif, Bukan Sekadar Reminder Meeting

Ini cocok banget buat kamu yang gampang kebawa angin. Bikin blok waktu khusus di kalender buat satu tugas doang. 

Misalnya, jam 9–12 itu pure buat nulis konten. No meeting. No WhatsApp. No Canva buka tab. Lalu setelah break jam 12-13, lanjut meeting sama klien atau tim di jam 13-15. Intinya, block waktu kamu menyesuaikan dengan kebutuhan kerjaan.

4. Latih Otak Pakai Rutinitas, Biar Nggak Perlu “Warming Up” Terus

Bangun tidur mau kerja, kamu biasanya langsung buka TikTok? Duh, jangan ya Crepanity, itu nanti bikin kamu susah fokus kalau udah di mode kerja. Kamu kejebak lagi sama multitasking; kerja sambil liat medsos. Ingat sekali lagi, multitasking itu mitos.

Mending sekarang bangun habit kecil yang ngebantu otak ngerti kapan waktunya fokus. Misal: stretching ringan, journaling 5 menit, atau bikin to-do list pakai sticky notes warna neon. Itu jauh lebih sehat ketimbang langsung mengonsumsi konten digital. 

5. Kolaborasi kalau Memang Terpaksa Multitasking

Oke, let’s be real. Nggak semua orang bisa langsung menyepakati bahwa multitasking itu mitos. Sebab bisa jadi kamu multitasking bukan karena pengen, tapi karena terpaksa. Terpaksa karena tim kecil, workload bejibun, semuanya urgent, dan kamu cuma punya dua tangan + 1 otak.

Nah, kalau kamu ada di fase itu, berarti masalahnya beda cerita. Bukan fokus yang kurang, tapi kamu butuh partner kerja yang bisa bantu nge-handle job desk kamu dengan standar tinggi dan strategi jelas.

Dan di sinilah Crepanion masuk. Kita bukan cuma digital marketing agency, tapi juga jadi partner yang ngerti cara kerja brand dan bisa jadi “tim eksternal rasa internal”. Crepanion bisa bantu kamu fokus ke hal yang paling penting, seperti:

  • Social Media Activation

Lagi struggle handle konten harian, capek mikirin caption, reels, atau nggak sempat mikir konsep campaign? Tenang, Crepanion bisa bantu dari konten, influencer, sampai live shopping. 

  • Manage Services

Butuh bikin website tapi gak ada waktu ngurusin brief sampai testing? Atau pengen rebranding tapi nggak tahu harus mulai dari mana? Serahin ke Crepanion aja. Kita bisa bantu dari desain identitas visual sampai training tim internal kamu biar makin tangguh.

  • Crowdsourcing

Kampanye jalan, tapi masih sepi-sepi aja? Crepanion punya cara buat ngebangun buzz & validasi pasar secara cepat. Mulai dari ghost order, engagement booster, sampai positive buzz. No need stress sendiri.

Intinya gini: jangan tunggu burnout baru sadar kamu butuh bantuan. Kalau multitasking bikin kamu stuck di hal teknis terus, saatnya bawa partner ke dalam strategi kamu. Let’s talk bareng Crepanion dengan klik ikon di pojok kanan bawah, biar kamu bisa kerja lebih fokus dan maksimal.

Simpulan

Itulah pembahasan lengkap soal multitasking itu mitos dan kenapa kebiasaan ini justru bisa jadi bumerang buat produktivitas kerja kamu. Multitasking itu kayak nonton tiga film beda genre sekaligus, bukannya dapet semuanya, yang ada malah nggak ngerti alur satu pun.

Semoga setelah baca artikel ini, kamu bisa lebih mindful dalam ngejalanin tugas harian ya Crepanity. Fokus bukan berarti pelan. Fokus artinya kamu tahu mana yang penting buat dikerjain duluan.

Oh ya, biar makin gampang diinget, ini dia rangkuman poin pentingnya:

  • Multitasking itu mitos, dan udah terbukti secara ilmiah bisa nurunin fokus, produktivitas, dan bikin kamu rentan error.
  • Bahaya multitasking nggak cuma ngaruh ke kamu sendiri, tapi bisa ganggu ritme tim dan hasil kerja keseluruhan.
  • Solusinya adalah single-tasking, latih fokus kerja lewat teknik kayak Pomodoro, time-boxing, dan bangun rutinitas yang support deep work.